Minggu, 09 Desember 2012

Suku Polahi



II.I  SEJARAH SUKU POLAHI DI GORONTALO
Di hutan di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo hidup beberapa kolompok manusia yang di sebut oleh masyarakat gorontalo sebagai polahi. Jumlah suku Polahi yang terdata di Desa Bina Jaya berjumlah 11 KK, Suku polahi adalah warga masyarakat gorontalo yang terisolir di kawasan pedalaman provinsi  gorontalo, untuk mencapai ke lokasi perkampungan polahi harus menempuh perjalanan kaki selama tujuh jam, menurut cerita yang berkembang di masyarakat gorontalo bahwa suku Polahi adalah mereka yang tidak mau di tindas dan dijajah oleh Belanda,  sehingga dari beberapa kolompok masyarakat banyak yang mengamankan diri mereka dengan cara berpindah tempat masuk kedalam hutan. Jumlah mereka seluruhnya sekitar 500 orang, kira-kira 200 orang di Kecamatan Paguyaman dan 300 orang di Kecamatan Suwawa. Mereka tinggal di hutan dalam  bentuk kelompok-kelompok kecil. Suku terasing polahi  umumnya mereka hidup berpencar dalam kelompok-kelompok kecil.  Departemen Sosial Kabupaten Gorontalo telah meng-identifikasi masyarakat polahi dengan kelompok 9, kelompok 18, kelompok 21 atau kelompok 70 berdasarkan jumlah anggota kelompok dalam satu kampung.  Cara mengenal suku Polahi yaitu berbadan tegap dan kekar, berjalan sangat cepat, bahasa gorontalo asli, jari kaki mereka terbuka, tangan mereka sangat kekar.
Jika menelusuri sejarah perjuangan rakyat Gorontalo dalam mengusir penjajah, ternyata terdapat benang merah yang dapat ditarik untuk mengetahui bagaimana suku polahi pertama kali muncul. Masyarakat Gorontalo adalah masyarakat yang memiliki jiwa patriotisme yang sangat tinggi sehingga mereka rela mengasingkan diri  dihutan dengan alasan menolak kerja paksa dan tuntutan membayar pajak kepada kompeni. Secara terperinci bahwa perlawanan rakyat Gorontalo terhadap kaum penjajah sudah dimulai sejak Raja Eyato menjadi raja di Gorontalo pada tahun 1673 sampai 1679 Masehi.  Terlepas dari itu semua yang pasti suku polahi ini ada karena mereka tidak meng-inginkan hidup dalam kungkungan dari para penjajahan. 
II.II SUKU POLAHI PRIMITIF
Suku Polahi yang masih primitif ini dulunya sangat ditakuti oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan,  jika kita bertemu dengan mereka berada dalam hutan kita akan di usir bahkan dibunuh jika melawan, ini mereka lakukan karena mereka tidak menginginkan kehadiran orang lain, mereka masih mengangap bahwa orang yang datang itu adalah penjajah. Dalam kesehariannya mereka menghabiskan seluruh waktu mereka di dalam hutan dengan hanya mengandalkan gubuk kecil beratapkan dedaunan tanpa dinding sebagai tempat peristirahatan sementara mereka. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka biasanya berburu babi hutan. Rusa dan ular. Selain itu mereka juga mengkonsumsi dedaunan, umbi umbian dan akar rotan sebagai makanan sehari hari. Untuk memasak mereka menggunakan batang bamboo sebagai wadah. Cara memasaknya juga amat sangat sederhana yaitu dengan memasukkan semua bahan makanan kedalam lubang bambu lalu membakarnya diatas perapian hingga batang bamboo tadi retak atau pecah sebagai tanda bahwa makanan telah selesai di masak. Makanan tersebut 100% asli tanpa bumbu apapun karena mereka juga belum mengenal bumbu bumbuan.
Hal unik lainnya dari suku polahi adalah cara berpakaian. Kalau kita mengenal beberapa suku di papua menggunakan Koteka sebagai penutup aurat, maka Suku Polahi lebih memilih menggunakan cawat yang mereka buat dari daun yang diikat menggunaan tali dari kuit kayu. Cawat ini juga digunakan oleh kaum perempuan. Mereka belum mengenal penutup dada alias Bra. Jadi kaum perempuan Suku Polahi dalam kesehariannya adalah Toples alias setengah bugil.
Yang paling unik dari suku ini adalah system perkawinan. Mereka mungkin satu satunya Suku di Indonesia yang menganut perkawinan sedarah, dimana jika satu keluarga memiliki anak laki laki dan perempuan maka mereka otomatis akan di nikahkan dengan saudaranya tersebut. Jadi anak anak mereka sekaligus menjadi menantu mereka. Bahkan sang ibu bisa menikahi anak lelakinya dan sang ayah bisa menikahi anak perempuannya. Jelas bahwa budaya ini sangat bertentangan  dengan ajaran agama bahkan sangat dilarang karena dalam Islam dikenal konsep muhrim yang mengatur hubungan sosial antara individu yang masih terhitung dalam kekerabatan.  
II.III KEBERADAAN SUKU POLAHI DI MASYARAKAT
Kehidupan suku Polahi yang sudah mengenal masyarakat dapat dilihat pada acara yang telah diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gorontalo dimana dalam acara pembukaan kegiatan Danau Limboto Carnival 2012 pagelaran seni dan budaya Suku Polahi  merupakan rombongan yang paling di paforitkan, banyak wartawan, photografer, bahkan masyarakat luas ikut mengabadikan mereka dalam foto bersama. Pada acara tersebut kita dapat membedakan suku polahi  yang masih primitif dan suku polahi yang sudah beradapatasi dengan masayarakat mereka sudah menggunakan pakaian sama dengan masyarakat lainnya. Bahkan pada acara Goverment Mobile 1 telah dilakukan pernikahan  masal dalam acara tersebut  salah satu pasangan pengantin berasal dari suku polahi mereka dinikahkan secara agama islam. Pemerintah Daerah juga telah menyediakan Rumah layak Huni (Mahyani ) yang berjumlah 9 Unit yang di tempati oleh 11 KK, tapi entah mengapa mereka meninggalkan rumah tersebut, beberapa alasan yang di peroleh dari masyarakat setempat bahwa mereka tidak merasa nyaman tinggal dirumah tersebut sehingga mereka kembali lagi ke dalam hutan sebagaimana biasanya.
Sekarang ini ada beberapa orang polahi yang sering datang ke Desa terdekat apalagi pada waktu hari pasar, sesuai penuturan mereka pada kami bahwa untuk melakukan perjalanan ke kampung memerlukan waktu 4 jam perjalanan kaki, mereka datang ke desa terdekat dengan tujuan berbelanja di pasar untuk keperluan secukupnya seperti membeli susu untuk anak bayi, membeli parang dan lain sebagainya, Selain membeli mereka juga menjual hasil kerajian tangan serta hasil perkebuan kepada masyaraka. Para kaum Polahi ini telah mengenal alat pembelian (Uang) dan mereka juga di jadikan sebagai kijang (alat transpotasi tenaga manusia) oleh sebagian masyarakat penambang yang berada dihutan, sebagai gantinya mereka harus dibayar sesuai apa yang mereka kerjakan contohnya seorang Polahi yang membawa beras  satu karung dari Desa ke tempat penambang sebagai gantinya orang yang menyuruh harus membayar  mereka dengan jumlah Rp. 250 .000 begitu juga dengan bahan – bahan lainnya. Suku Polahi walaupun terlihat menjalani hidup seperti orang primitif, tetapi sebenarnya mereka tidaklah terlalu primitif, karena mereka juga berkomunikasi dengan masyarakat lain di desa yang dekat pemukiman mereka. Selain itu mereka juga mengenal cara bercocok-tanam seperti membuka lahan menanami jagung, rica dll.
Suku polahi merupakan suku yang termarjinal sehingga butuh perhatian dari kita semua apalagi  dari Pemerintah Daerah, seperti yang disampaikan oleh Bupati Gorontalo bahwa keberadannya suku polahi ini sangat terpinggirkan bahkan nyaris tidak tersentuh dengan program pemerintah, berawal dari itu pemerintah kabupaten Gorontalo telah berusaha melakukan pendekatan serta penjelasan, sebab semua itu menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah untuk mengangkat derajat dan martabat kehidupan mereka. Pemerintah Daerah telah berusaha memfasilitasi dengan menikahkan suku polahi dengan masyarakat umum secara massal dan telah menyediakan rumah layak huni, selain itu juga Pemerintah Daerah telah mendatangkan tenaga ustad yang akan memberikan pendidikan dan pembinaan agama islam terhadap suku terasing polahi  Sehingga Bupati Gorontalo Berharap bagi suku polahi yang masih mengasingkan diri di hutan agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

3 komentar:

  1. Halo, perkenalkan saya Yenni mahasiswi UIN Bandung, saat ini saya sedang ada penelitian skripsi terkait pernikahan di suku polahi gorontalo, barang kali saya bisa sedikit bertukar ilmu dan sedikit mengajukan pertanyaan melalui email? terimakasih sebelumnya saya tunggu respon dari bapak.

    BalasHapus
  2. Halo perkenalkan nama saya rifki, saat ini saya sedang meneliti terkait sistem perekonomian suku polahi gorontalo, barang kali saya bisa sedikit mengajukan petanyaan melalui email?? Terima kasih
    Sebelumnya saya tunggu respon dari bapak

    BalasHapus